Pages

Selasa, 31 Januari 2012

Koboi Preman Dan pencuri

Seorang koboi preman yg menunggang kuda berhenti di sebuah kota tua. Kebetulan kota tua itu banyak dihuni oleh mantan pengutil (pencuri), yang sampai sekarang masih suka mengutil benda2x milik orang asing. Seperti biasa si koboi menambatkan kudanya di luar bar, kemudia masuk ke dalam bar. Ia memesan segelas bir dingin dan menegaknya hingga habis. Kemudia ia keluar untuk melanjutkan perjalanan.Tak di sangka kudanya yg barusan ditinggal sudah hilang. Jelas aja si koboi naik pitam. Ia masuk kembali ke dalam bar lalu berteriak.
“SIAPA YANG MENCURI KUDA SAYA!!!!!!!”
Tidak ada yg menjawab. Semua pengunjung berpura2x tidak tahu.
“SAYA TANYA SEKALI LAGI!! SIAPA YANG MENCURI KUDA SAYA?”
Suasana bar sunyi senyap.
Beberapa pengunjung bar mulai gelisah,
“BAIKLAH . . . SAYA AKAN MINUM SEGELAS BIR LAGI. SETELAH ITU SAYA AKAN MENINGGALKAN BIR INI.KALAU SAMPAI SAAT ITU KUDA SAYA BELUM KEMBALI . . . AWAS!!! SAYA AKAN MENGULANG APA YANG PERNAH SAYA LAKUKAN DI TEXAS TERPAKSA AKAN SAYA LAKUKAN ITU WALAUPUN SEBENARNYA SAYA TIDAK SUKA!!!”
Mendengar ultimatum koboi itu, beberapa orang mulai berdiri dari meja dan berlari meninggalkan bar dengan ketakutan. Dengan tenangnya, si koboi memesan 1 gelas bir lagi, Setelah itu ia keluar dan ternyata kuda itu sudah ada di tempatnya semula.
Bartender bar berlari menghampiri Koboi lalu berkata:
“Nah Pak…Kuda Bapak sudah kembali.
Syukurlah tidak terjadi pertumpahan darah di sini.
Maafkan kami atas kelancangan kota ini”
“Ya … sudahlah… lain kali jangan sampai terulang lagi…”Jawab si koboi sambil menaiki kudanya.
Bartender: “Pak… Pak.. Boleh tahu apa yang telah anda lakukan di texas??”
“ooohhhh… kamu pgn tahu?? waktu di texas..!!!”
“SAYA PULANG JALAN KAKI”



Sabtu, 21 Januari 2012

SOTO AYAM DAN JAMBU MONYET

Di sebuah warung ada seorang pembeli yang berantem dengan pedagang soto karena merasa ditipu.
Pembeli :"Bang,pokoknya saya tidak mau bayar!!"
Pejual:"loohhhh,kamu sudah makan disini ya harus bayar!!"
Pembeli:"Ngapain saya harus bayar,abang udah nipu saya!!"
Penjual:"nipu bagaimana ??"
Pembeli:"lhaa ini,katanya soto ayam tapi kenapa kagak ada ayamnya sama sekali ??"
Penjual:"emang kalau kamu beli jambu monyet ada monyetnya apa ??"
Pembeli pun langsung diam saja dan pergi meninggalkan warung itu dengan wajah kesal.


Diposkan oleh :Pengetahuan apa saja

Kamis, 19 Januari 2012

Pulau Biawak Indramayu

Ingin melihat kawanan biawak berkumpul? Pulau biawak tempatnya. Pesona alam merupakan anugerah Tuhan bagi pulau yang berjarak sekitar 40 kilometer dari pantai utara Indramayu ini.

Airnya bening dan pasirnya putih seperti kebanyakan pantai di kawasan selatan. Daratan seluas 120 hektar ini juga kaya dengan tanaman bakau yang hijau dan rapat dipandang dari ketinggian.

Sedikitnya ada dua nama lain yang lazim digunakan untuk menyebut Pulau Biawak, yakni Pulau Rakit dan Pulau Menyawak. Karena itu, anda tak perlu berdebat ketika orang menyebut nama selain Pulau Biawak.

Tulisan nama Bompyis masih tersisa pada papan di ruangan genset—alat yang bisa menghasilkan listrik. Genset itu digunakan untuk penerangan permukiman petugas dan terutama, untuk menyalakan lampu suar.

Lampu penunjuk arah bagi para pelaut itu terletak pada menara setinggi 65 meter. Bangunan tersebut juga merupakan "warisan" Belanda, yakni dibangun pada tahun 1872. Di bagian dalam menara, yang berbentuk silinder, terdapat tangga memutar dengan keseluruhan anak tangga berjumlah 240. Butuh keberanian untuk menaiki tangga tersebut. Namun, jika berhasil mengalahkan rasa takut dalam diri anda, di puncak menara Anda akan menemukan pemandangan hutan bakau dan laut yang memesona.

Sesuai dengan namanya, pulau ini merupakan habitat biawak (Varanus salvator). Konon reptilia itu sudah ada sejak pulau tersebut didatangi manusia pada lebih dari satu abad yang lalu. Belum ada penghitungan yang memberikan data pasti tentang jumlah binatang itu. Namun, jumlahnya diperkirakan mencapai ratusan ekor. Mereka hidup di rawa-rawa dan semak-semak hutan bakau yang keberadaannya mendominasi daratan itu.

Ada beberapa biawak yang keluar dari kerimbunan hutan bakau. Seekor di antaranya bahkan cukup besar, panjangnya sekitar 1,5 meter. Tubuhnya dibalut kulit warna coklat kehitaman dan dipenuhi bintik-bintik kuning. Menurut Dulrokhim, hanya biawak jenis itu yang sering ia jumpai. Namun, tak hanya biawak yang merupakan kekayaan fauna lingkungan Pulau Biawak. Banyak juga burung yang melintasi angkasa pulau tersebut, antara lain cangak laut (Ardea sumatrana), trinil pantai (Bubulcus ibis), dan burung udang biru (Alcedo Caerulenscens).

Lautnya yang bening juga merupakan surga bagi ratusan jenis biota laut dengan bentuk dan warna yang indah. Kondisi terumbu karang pada kedalaman tiga meter masih cukup bagus. Berdasarkan data di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, terdapat 95 jenis ikan yang mewakili 30 famili, antara lain ikan zebra (Dendrichirus zebra), kupu-kupu (Chaetodon chrysurus), dan merakan (Pterois valiteus).

Dengan menyelam, ikan-ikan cantik itu dapat dilihat mulai dari kedalaman lebih kurang satu meter. Sayangnya, pada tahun 2004 keindahan ini pernah tercemar oleh lapisan minyak mentah. Tidak diketahui dari mana asal minyak mentah tersebut. Diduga, bahan pencemar itu berasal dari kapal tanker yang sering melintasi kawasan perairan Indramayu.

Selain Pulau Biawak, kawasan ini juga menawarkan kecantikan Pulau Gosong dan Pulai Candikian. Pulau Gosong berjarak tempuh sekitar setengah jam dari Pulau Biawak. Pulau Candikian juga berjarak 30 menit dari Pulau Biawak. Berbeda dengan Pulau Biawak, kedua pulau ini tak berpenghuni. Bahkan, Pulau Gosong yang sebenarnya lebih luas dari Pulau Biawak hanya tersisa beberapa meter persegi. Pulau itu sering digunakan untuk bertapa dengan tujuan mencari kekayaan dan sejenisnya. Pulau ini "hilang" akibat pengerukan untuk pembangunan Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan Exor I sekitar tahun 1980-an.

Melihat potensi alamnya, kawasan ini bisa memuaskan para pemburu kenikmatan wisata. Pulau cantik itu saat ini benar-benar masih perawan. Untuk perjalanan sekitar empat jam dari Indramayu ke lokasi itu, misalnya, belum tersedia perahu khusus. Kalaupun menyewa, pengunjung harus merogoh kocek sekitar Rp 750.000 untuk perahu nelayan berkapasitas sekitar sepuluh orang. Selain itu, juga belum ada dermaga yang memudahkan pengunjung mencapai bibir pantai saat air pasang. Selain itu, juga belum ada rumah-rumah peristirahatan yang bisa disewa wisatawan.

Sabtu, 14 Januari 2012

BURUNG CENDRAWASIH



Burung-burung cendrawasih merupakan anggota famili Paradisaeidae dari ordo Passeriformes. Mereka ditemukan di Indonesia timur, pulau-pulau selat Torres, Papua Nugini, dan Australia timur. Burung anggota keluarga ini dikenal karena bulu burung jantan pada banyak jenisnya, terutama bulu yang sangat memanjang dan rumit yang tumbuh dari paruh, sayap atau kepalanya. Ukuran burung cendrawasih mulai dari Cendrawasih Raja pada 50 gram dan 15 cm hingga Cendrawasih Paruh-sabit Hitam pada 110 cm dan Cendrawasih Manukod Jambul-bergulung pada 430 gram.
Burung cendrawasih yang paling terkenal adalah anggota genus Paradisaea, termasuk spesies tipenya, cendrawasih kuning besar, Paradisaea apoda. Jenis ini dideskripsikan dari spesimen yang dibawa ke Eropa dari ekpedisi dagang. Spesimen ini disiapkan oleh pedagang pribumi dengan membuang sayap dan kakinya agar dapat dijadikan hiasan. Hal ini tidak diketahui oleh para penjelajah dan menimbulkan kepercayaan bahwa burung ini tidak pernah mendarat namun tetap berada di udara karena bulu-bulunya. Inilah asal mula nama bird of paradise ('burung surga' oleh orang Inggris) dan nama jenis apoda - yang berarti 'tak berkaki'.
Banyak jenis mempunyai ritual kawin yang rumit, dengan sistem kawin jenis-jenis Paradisaea adalah burung-burung jantan berkumpul untuk bersaing memperlihatkan keelokannya pada burung betina agar dapat kawin. Sementara jenis lain seperti jenis-jenis Cicinnurus dan Parotia memiliki tari perkawinan yang beraturan. Burung jantan pada jenis yang dimorfik seksual bersifat poligami. Banyak burung hibrida yang dideskripsikan sebagai jenis baru, dan beberapa spesies diragukan kevalidannya.
Jumlah telurnya agak kurang pasti. Pada jenis besar, mungkin hampir selalu satu telur. Jenis kecil dapat menghasilkan sebanyak 2-3 telur (Mackay 1990).


Tetapi sekarang burung ini sudah punah,karena banyak di buru oleh manusia.


http://wikepedia.wordpress.com

KAPAL NABI NUH DITEMUKAN




POSISI fosil formasi kapal pada ketinggian 15.500 kaki
di puncak Gunung Ararat hasil pendeteksian geo radar.
Di bawah ruangan formasi itu ada ruangan, yang diduga
adalah kamar-kamar.*UNMUSEUM NEWS
Foto “benda asing” yang terlihat di puncak Gunung
Ararat, hasil pemotretan udara pada tahun 1959 oleh
NATO.*UNMUSEUM NEWS

KEINGINAN untuk menemukan Perahu Nabi Nuh AS,
sebenarnya sudah dilakukan orang selama berabad-abad.
Menurut catatan, sebelum Nabi Muhamad SAW lahir pun,
sudah ada orang yang ingin menemukan kapal yang penuh
misteri itu sesuai dengan petunjuk “Injil” kitab suci
orang Kristen. Konon Epiphanius, seorang bishop dari
Salames, pernah mencari perahu itu dan melihat
peninggalan Nabi Noah (Nuh AS) ,masih terdampar di
Gunung Guardian yang tertutup salju sangat tebal,
Kemudian pada abad XII juga disebutkan, upaya
pencarian kapal ini pernah dilakukan pula oleh
Benyamin Tudela, seorang pendeta bangsa Yunani. Ia
mengatakan, bahwa pendahulunya Omar bin al Khatab,
seorang petinggi dari Turki, telah mengambil bagian
dari kapal itu untuk dijadikan bahan bangunan mesjid.
Perdebatan demi perdebatan, mulai muncul di kalangan
para ahli sejarah dan agama, tentang di mana tempat
sebenarnya kapal Nabi Nuh itu terdampar, karena
terdapat perbedaan tempat, di antara kitab suci Bibel
dan Quran.
Di dalam kitab Bibel disebutkan, bahwa kapal Noah
terdampar setelah sekian lama terombang ambing ombak
dan gelombang pasang di Gunung Ararat. Namun dalam
Alquran disebutkan bahwa kapal itu terdampar di Bukit
(gunung) Judi (daerah Armenia).
Alquran Surat Hud ayat 44 berbunyi: … Dan
difirmankan: Hai Bumi telanlah airmu, dan hai langit
(hujan) berhentilah, dan air pun disurutkan, perintah
pun diselesaikan, dan bahtera itu pun berlabuh di
bukit Judi. Dan dikatakan “binasalah orang-orang
zalim.
Dari hasil penelitian para ahli, ternyata Gunung
Ararat sekarang, telah berganti nama beberapa kali.
Pernah bernama Gunung Guardian, dan juga bernama
Armenia atau Gunung Judi. Akhirnya setelah melalui
penelitian panjang, dengan berdasarkan bukti-bukti
sejarah kuno para ahli sejarah dan agama sepakat,
bahwa gunung tempat terdamparnya kapal Nabi Nuh itu
bernama Gunung Ararat (Injil) atau Gunung Judi
(Quran), yang sebenarnya kendati nama yang berbeda
tempatnya itu-itu juga.
Setelah sekian lama tidak terdengar lagi, upaya
pencarian kapal Nabi Nuh muncul kembali pada abad XIX.
James Brice, seorang ahli archeology dari Oxford
University, pada tahun 1876 dengan biaya dari
Yayasannya mengarungi lautan salju di Gunung Ararat
Perbatasan Turky mencari kapal misterius itu kembali.
Dalam perjalanan ke puncak Ararat, James Brice dari
Inggris, menyatakan menemukan empat buah batu panjang
berbentuk tongkat. Ia menduga “batu tongkat itu”
merupakan bagian dari tiang layar kapal yang dalam
pejalanan waktu puluhan ribu tahun sudah memfosil.
Menjelang akhir abad XIX, yaitu tepatnya tahun 1892,
Yoseph Nouri dari Prancis mengulangi perjalanan yang
dilakukan James Brice dari rute yang bebeda.
Ia mengklaim, bahwa dirinya telah sampai ke tujuan dan
berhasil menemukan perahu Nabi Nuh. Keberhasilannya
itu karena kebetulan. Waktu itu sedang musim kemarau
sangat panjang, sehingga tidak ada salju yang menutupi
permukaan gunung Bahkan ia menegaskan, sempat
berjalan-jalan di tempat yang diduga dek kapal yang
panjangnya 300 cubic, persis seperti yang diungkapkan
dalam kitab Bibel.

Semua ungkapan dan pernyataan dari “para pemburu Kapal
Nabi Nuh“, hingga penghujung abad XIX hanyalah
dilukiskan dalam kata-kata dan tulisan saja tanpa bisa
divisualisasikan. Karena memang pada waktu itu, tidak
ada teknologi fotografi yang mampu mendukung
pernyataan mereka, sehingga semua orang yang
mendengarnya, merasa penasaran. Apakah omongannya itu
benar, atau hanya “bulshit” (bohong) saja.

Waktu terus berjalan. Gandrung mencari perahu Nabi
Nuh , seperti hilang ditelan waktu. Hingga pada tahun
1959, Ilham Durupinan, seorang pilot Turky Airforce
anggota pasukan NATO mengadakan pemotretan udara di
Gunung Ararat perbatasan Irak, melihat dari rekaman
hasil pemotretannya itu “benda asing” dekat puncak
salah satu gunung tertinggi di Turky itu, pada
ketinggian 15.500 kaki.

Karena merasa penasaran, para petinggi NATO di basis
Turky memerintahkan Dr. Arthur Brande, ahli fotografi
dari Ohio University untuk memeriksa rekaman gambar
pemotretan itu.

Setelah meneliti secara seksama, akhirnya disimpulkan
bahwa “benda asing” di puncak Ararat itu adalah
“perahu“. Ya formasi perahu, yang diduga merupakan
peninggalan Nabi Nuh, yang selama ini banyak dicari
para ahli.

Kabar penemuan perahu Nabi Nuh ini, sempat ditayangkan
oleh Majalah Life, Australian Fix Magazine dan
American Life Magazine pada penerbitan tgl 5 September
tahun 1960.

Pada tahun 1990, Ron Wyat bersama Dr. David Fasold,
ahli geologi AS, membawa perlengkapan cangggih, di
antaranya metal detector dan geo radar menjejak
kembali koordinat tempat yang disinyalir ada formasi
perahu Nuh.

Selama empat tahun berturut-turut, ia melakukan
penelitian secara detil dan seksama, baik di formasi
perahu maupun daerah sekelilingnya, untuk mencari
bukti-bukti peradaban setelah dunia itu musnah.
Dalam perjalanan kali ini, ia menemukan sebelas batu
pipih berlubang, yang rata-rata berat antara empat
hingga 10 ton. Batu-batu ini diindikasikan Wyat
adalah, sebagai pemberat kapal agar tidak oleng oleh
tiupan angin kencang.

Sementara itu dari hasil pengamatan peralatan
canggihnya, David Fasold, memperoleh indikasi bahwa
batuan formasi perahu yang ditemukannya itu adalah
kayu yang sudah berubah menjadi fosil. Pada beberapa
lokasi,juga terdapat konsentrasi logam, yang diduga
merupakan pengikat balok.

Hasil deteksi dari geo-radarnya, mengindikasikan bahwa
di bawah fosil formasi perahu itu ada ruangan yang
diduga adalah kamar-kamar. Namun formasi itu,hanya
muncul sepertiganya. Diduga pada waktu itu,
kemungkinan memang terdampar pada lumpur, sehingga
sebagian dari badan kapal, hingga saat ini masih
terbenam, yang sekarang setelah ribuan tahun semuanya
telah berubah menjadi karang.

Gene Collins, dari Departemen Ilmu Geologi AS, yang
tidak percaya begitu saja kepada laporan David Fasold,
pada penghujung tahun 2000 bersama satu tim yang
terdiri dari 12 orang berbagai disiplin ilmu juga
berangkat ke lokasi yang diduga merupakan tempat
terdamparnya perahu raksasa Nabi Nuh.

Berangkat bersama tim itu, juga ahli Geologi Kelautan
Dr. Robert Balard, yang telah sukses dalam menemukan
bangkai Titanic,Istana Cleopatra, dan Benua yang
hilang Atlantis.

Menurut Collins, formasi fosil perahu itu diduga kuat
adalah benar perahu Nabi Nuh AS. Karena dengan
berbagai dalih apa pun, tidak mungkin ada benda asing
yang diduga perahu yang sudah memfosil berada pada
ketinggian 15.500 kaki tanpa sesuatu sebab. Fosil
perahu yang ditemukan itu, merupakan nenek moyang
perahu bangsa Sumeria.

Dari uji karbon di sekitar lokasi perahu, ternyata
mengandung 4,95 % karbon dan pada beberapa lokasi
terdapat kandungan besi yang cukup banyak dari segi
tingginya kandungan karbon, hal ini berarti karbon itu
berasal dari kayu yang sudah membatu. Padahal di
lokasi lain, kandungan karbonnya hanya 1,88% saja yang
biasa diperoleh dari kandungan tanah biasa.

Harold Cofins, ahli geologi Tim yang juga bertindak
sebagai jurubicara Tim mengungkapkan, bahwa perahu itu
terbuat dari kayu species “Sigilata” yang telah
diawetkan dengan sejenis ter. Species kayu ini sejenis
kayu raksasa, yang kini sudah punah dari muka bumi.
Menurut para ahli biologi kehutanan, kayu jenis ini
memiliki keluarga sekitar 200 species, yang beberapa
di antaranya masih hidup di Amerika Utara, Pategonia
dan Australia.

Tentang masalah banjirnya sendiri, Dr. Balard
mengungkapkan bahwa dari bukti-bukti yang ada di
ketinggian itu banjir be sar pernah melanda bumi pada
10.000 tahun yl, dan air sempat mencapai ketinggian
lebih dari 15.000 kaki.

Untuk mencapai posisi seperti saat ini – hingga
munculnya benua-benua dan pulau-pulau – katanya
memakan waktu hingga 7.500 tahun



http://sirnawarna.wordpress.com